Setelah demo 4/11, sejumlah massa dari ormas Islam merasa masih masih perlu adanya demo, mengingat status Ahok yang baru ditetapkan sebagai tersangka penistaan agama, bukan terpidana. Oleh karenanya, beberapa ormas Islam menyerukan untuk kembali melakukan demo di tanggal 2/12 nanti.
Namun, perlu diketahui bahwa aksi demonstrasi terkait penistaan agama tersebut bisa menjadi pengaruh buruk bagi pasar saham domestik. Laju IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) juga terancam negatif oleh karena adanya peristiwa demo 4/11 lalu. Ini disampaikan oleh analis PT Schroder Investment Management Indonesia.
Lebih lanjut, CEO Schroders, Michael T Tjoajadi juga menyatakan bahwa, aksi demonstrasi bisa memberikan dampak negatif bagi pergerakan IHSG di akhir tahun 2016 ini, lebih buruk lagi, aksi demonstrasi bisa berefek buruk terhadap ekonomi dalam negeri.
Pada aksi demonstrasi 4/11 lalu saja telah berpengaruh buruk terhadap sektor bisnis nasional. Sentimen negatif yang tumbuh sejak demonstrasi 4/11 telah berpengaruh ke berbagai aspek, seperti sektor properti.
Saat ini, sektor properti masih mengambil langkah menunggu dan menunda pengerjaan proyek karena masih mencari kepastian pasar paska aksi demonstrasi. Diprediksikan, aksi demontrasi lanjutan yang rencananya akan digelar pada tanggal 2/12 mendatang juga akan memberikan pengaruh negatif untuk ekonomi nasional.
Belum lagi sentimen negatif akibat peristiwa global seperti terpilihnya Donald Trump menjadi Presiden AS juga telah cukup memberikan pukulan bagi laju IHSG dalam negeri. Tercatat sejumlah fluktuasi di bursa saham terjadi sejak pemilihan presiden Amerika. Bahkan IHSG sempat melemah lebih dari 100 poin.
Baca juga: ‘Efek Trump’ Bagi Indonesia
Kemelut politik di AS akibat terpilihnya Trump sebagai presiden AS menjadi global impact yang negatif bagi negara-negara lain di dunia. Sentimen negatif akibat ‘Trump Effect’ ini terjadi di pasar valas dan pasar surat utang, dan terjadi hampir merata di negara-negara lain di dunia.
Apalagi rencana Trump untuk AS terkait kenaikan tarif impor, tentu akan memicu sejumlah polemik di dunia global. Indonesia sebagai salah satu negara yang mengekspor barang mentah ke Tiongkok akan ikut terpengaruh kebijakan AS secara tidak langsung, mengingat Tiongkok adalah negara yang paling banyak mengekspor barang produksinya ke AS.
Baca juga: Donald Trump Jadi Presiden AS, Bencana untuk Pasar Uang?